October 01, 2006

Fateless (Sorstalansag) 2005



Salah satu film favorit saya adalah film-film dengan latar belakang sejarah, karena sejarah merupakan perjalanan panjang umat manusia yang tak bisa dihapuskan walau menyedihkan, namun bisa terulang dalam bentuk yang berbeda. Demikian pula dengan kebenaran-kebenaran yang diperjuangkan di masa kini, akan dapat lebih dimengerti dengan jelas melalui pemahaman sejarah.. blah..blah.




Fateless diangkat dari novel karya Imre Kertesz, peraih Nobel Prize in Literature pada tahun 2002, "for writing that upholds the fragile experience of the individual against the barbaric arbitrariness of history". Novel ini ditulis dari 1960-1973, dan dipublikasikan pada tahun 1975. "Fateless" merupakan bagian pertama dari trilogy, "Fiasco", dan "Kaddish for an Unborn Child". Meskipun Kertesz mengalami peristiwa holocaust, namun ia mengatakan bahwa novel ini ditulis dengan bentuk autobiografi berdasarkan pada pengalamannya, namun bukan merupakan autobiografinya sendiri.

Film ini mengisahkan kaum yahudi di Hungaria pada masa pendudukan nazi (1944), dilihat dari sudut pandang seorang bocah pria, Gyuri (Gyorgy) Koves yang diperankan oleh Marcell Nagy. Gyuri hanyalah bocah biasa berusia 14 tahun, yang bahkan tidak dapat sepenuhnya mengerti akan kejadian-kejadian yang harus ia alami.

Ketika Nazi masuk ke Hungaria, kaum Yahudi mulai dipindahkan ke kamp-kamp konsentrasi. Usaha-usaha mereka ditutup, kemudian satu demi satu anggota keluarga-keluarga Yahudi di sana mulai diperintahkan untuk bekerja di kamp. Demikian pula dengan ayahnya, usahanya ditutup, kemudian ia diharuskan berangkat untuk bekerja di kamp.

Gyuri ditempatkan untuk bekerja di pabrik, namun ia ditahan oleh polisi ketika sedang dalam perjalanan menuju ke pabrik. Bersama dengan sekelompok Yahudi lainnya, ia diangkut dengan kereta barang ke kamp konsentrasi Auschwitz. Setibanya disana, mereka dipilah antara yang tidak lagi dapat 'digunakan' (antara lain orang tua dan anak-anak, cacat, berkacamata, sakit, dll) dan yang masih sanggup untuk bekerja.

Bagi mereka yang divonis tidak berguna, nasibnya sudah jelas, yaitu menghadapi kamar gas. Sedangkan mereka yang masih dapat bekerja, kemudian dikirimkan ke kamp-kamp lain untuk diperas tenaganya. Gyuri bersama beberapa anak lainnya berhasil selamat dengan mengaku berusia 16 tahun (ketika mereka berada dalam barisan seleksi, seseorang meyuruh agar mereka mengaku berusia 16 tahun), namun tidak dengan temannya, yang berkacamata.

Kemudian ia dikirim ke Buchenwald, dan memulai kehidupan di dalam kamp yang sangat keras. Namun seiring dengan waktu, Gyuri mulai terbiasa menjalaninya. Bangun pagi, menerima kopi dan sepotong roti untuk sarapan, bekerja keras sepanjang hari, kemudian mandi dan menerima makan malam berupa sup encer. Hidup menjadi lebih sederhana; makan, istirahat dan bekerja.

Teman-teman seusianya mulai menghilang satu demi satu, demikian pula dengan orang-orang yang dikenalnya pada saat pertama masuk ke dalam kamp. Untungnya ada salah teman sesama penghuni kamp, yang sebelumnya pernah menjadi tahanan. Ia mengajari Gyuri bagaimana cara untuk dapat bertahan hidup di dalam kamp, mulai dari membagi dan menabung ransum agar tidak kelaparan dan kemudian dapat dibarter, mencuci tubuhnya bersih-bersih agar terhindar dari kutu dan parasit lainnya.

Gyuri tidak hanya mengalami masa-masa yang menakutkan dan mengerikan dalam hidupnya, namun ia juga mengalami masa-masa yang menyenangkan, saat-saat senggang ketika beristirahat sebelum tertidur, obrolan bersama dengan teman-temannya, juga pemandangan yang menakjubkan ketika pesawat-pesawat sekutu melakukan pengeboman, dibalas dengan tembakan-tembakan anti pesawat milik Nazi, sehingga membuat langit terang benderang di malam hari.

Pengambilan gambar yang sangat memperhatikan detail, permainan pencahayaan, dengan komposisi yang menarik. Latar belakang tidak mengganggu, musik latar sangat menghidupkan suasana. Adegan dibuat sederhana, terpotong pendek-pendek, minim percakapan, namun tetap menyampaikan pesan. Tidak seperti kebanyakan film mengenai holocaust, suasana pembantaian juga tidak diutamakan. Ada beberapa adegan favorit saya, seperti misalnya pada saat mereka dikirim dengan kereta api, mengalami rasa haus yang amat sangat sepanjang perjalanan, atau pada saat para penghuni kamp dibariskan sepanjang hari, juga saat Gyuri dibuang ke tempat penumpukan mayat.

Ada masa ketika kakinya terluka, ia tidak sanggup lagi untuk bekerja. Lukanya kemudian diobati, dan ia ditempatkan di bangsal pengobatan. Diperlihatkan juga bagaimana ia tidur dengan teman se-tempat tidurnya yang telah meninggal, agar ia tetap mendapatkan ransum milik si 'mayat'. Akibat kondisi kamp yang tidak bersahabat, luka di kakinya dengan cepat membusuk dan menjadi tempat tinggal bagi belatung.

Ia dibuang ke tempat mayat-mayat untuk segera dibakar. Namun seseorang yang melihatnya masih hidup, membawanya ke rumah sakit penjara. Berkat perawatan yang ia dapatkan, ia kembali pulih. Tak lama setelah itu, Nazi kalah dalam perang, sehingga mereka semua dibebaskan dari kamp.

Kemerdekaan pertama bagi para penghuni kamp yang bertahan hidup, adalah pilihan bagi mereka untuk pergi kemanapun mereka mau. Gyuri memilih untuk pulang ke kota asalnya, Budapest. Diceritakan kemudian bagaimana ia telah berubah, berubah untuk selamanya. Bukan lagi Gyuri yang dulu, namun seseorang yang telah bertahan hidup dalam mimpi buruk kamp konsentrasi, dan memiliki dendam yang tak terlukiskan terhadap apa yang telah ia alami, amarah yang meluap namun tak tersalurkan sehingga mengendap.

You can close your eyes. You can turn away. But you will never forget.

Film lainnya mengenai Nazi dan Holocaust: Schindler's List (1993), Life is Beautiful (1998), The Devil's Arithmetic (1999), Uprising (2001), The Pianist (2002), Before the Fall (2004), The Downfall (2005).

6 Comments:

At October 01, 2006 11:21 PM, Blogger mina said...

kulihat itu film masuk official selection untuk Berlin Festival yah. wah brarti mesti beli nih *nutup mata gak mau liat review-nya*

 
At October 02, 2006 12:14 PM, Anonymous Anonymous said...

seru seru, harus nonton nih saya :D
btw, saya ganti url nih, mampir ya hihi.thx

 
At October 02, 2006 2:01 PM, Blogger Astrid said...

wahhh...saatnya berburu film dan buku" nih...mumpung masih pengangguran =) siap" dikunjungi di gubuk dongeng mu yaaa =)

 
At October 03, 2006 11:59 AM, Blogger hengky said...

@mina; yup. hmmm.. iya juga sih.. mending nonton dulu filmnya.. soalnya isinya ntar mudah ditebak :p

@kristee; seru kok.. btw kristee kok pindah???

@astrid; tul! emang mau kerja di bandung? atau balik sono? mampir2 aja ya.. :)

 
At October 09, 2006 6:57 PM, Blogger Lisiani said...

aduhhh mau nonton?! nanti balik jkt, gue hunting dvd..schinder list aja gue blum nonton lohh...

 
At October 12, 2006 11:08 PM, Blogger hengky said...

@lis; mau hunting? ikuuut! hehe.. btw, kapan loe balik lis?

 

Post a Comment

<< Home