November 23, 2006

Hantu Bangku Kosong


Tadinya sudah nggak niat untuk ikut nonton. Pulang kerja pengennya makan, ngetik skripsi, trus tidur. Sampai seorang teman berkata,"loe jangan terlalu serius ah! gaul juga penting tau! udah, ikut nonton aja!"
Kami pergi ke CiWalk, dan seperti biasa, dengan mengikuti suara mayoritas, pilihan jatuh ke film yang paling tidak ingin saya tonton: Hantu Bangku Kosong. Dengan harga tiket Rp. 15.000, saya bisa mendapatkan 3 keping dvd film-film berkualitas. Pada malam itu saya terpaksa mengorbankan Rp.15.000,- yang berakhir engan penyesalan yang cukup mendalam.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini mengisahkan tentang bangku kosong di sebuah sekolah yang tetap dipertahankan karena dianggap masih 'dihuni'. Bangku tersebut dikosongkan pihak guru percaya bahwa penghuni bangku tersebut tidak boleh diusik ketenangannya.

Sampai suatu hari, sekolah kedatangan seorang guru bernama Grace, yang tidak percaya dengan takhayul dan hantu. Ia memerintahkan Dinda, seorang murid yang pendiam di kelas tersebut untuk pindah ke depan dan menduduki bangku tersebut. Sejak saat itu mereka yang secara tidak sengaja dipilih untuk dirorongrong oleh sang hantu, mulai mengalami kejadian-kejadian aneh, bahkan sampai pada kematian.

Dimulailah perjalanan pencarian oleh Dinda dan Grace, untuk mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan hantu penasaran tersebut tidak mau pergi, bahkan menetap di bangku kosongnya.

Untuk penggemar film horror, film ini merupakan bukti bahwa penggarapan film di Indonesia masih sangat buruk. Nama besar aktor/aktris tidak cukup untuk membuat sebuah film yang berkualitas. Dibutuhkan keseriusan dalam pengerjaan agar supaya penonton tidak dikecewakan terus menerus.

Adegan demi adegan tidak menyeramkan, hanya berusaha membuat penonton terkejut. Misalnya kemunculan tiba-tiba si hantu sepanjang film, di kaca, di wc, di langit-langit, di kelas, di mana-mana.. Intensitas ketegangan (jika sutradara menyebutkan bahwa film ini merupakan film horror), sama sekali tidak dijaga, menyebabkan film horror ini menjadi sangat konyol.

Coba dong, serius sedikit, kemunculan hantu ditahan-tahan kemunculannya seperti pada film-film horror kualitas atas produksi jepang (sadako hanya tampil sekejap, tapi sepanjang film, kita dibuat merinding setengah mati). Tampang konyol jangan terlalu sering diungkit.. Percakapan digarap dengan serius, sangat mengesalkan terpaksa harus menonton percakapan2 nggak penting, dimana kita nggak bisa mempercepat adegan2 tersebut karena: kita menonton di bioskop!!!

Akting serupa sinetron dengan mimik wajah dan bahasa tubuh yang terlalu dibuat-buat. Desah-desah ketakutan melalui nafas Dinda (bayangkan:sepanjang film!) bisa membuat siapapun merasa akan segera mati bosan disertai kehilangan mood untuk menonton. Film berkualitas membutuhkan aktor/aktris berkualitas! Ayolaaaah.. kita kan bayar buat nonton!

Lebih baik membuat film komedi saja, karena hampir sepanjang film, para penonton terhibur dan kemudian tergelak-gelak. Sama sekali tidak pantas disebut film horror. Formulasi sendiri+hantu+bangunan tua+diangkat dari kisah nyata=seraaaam masih berusaha digunakan sepanjang film. Jadi, kalau nggak siap, mendingan jangan dibuat dahulu, percuma survei hanya untuk mencoba menyandang 'diangkat dari kisah nyata', dan penonton indonesia sudah mencicipi film-film bagus, jadi merekapun saya rasa sudah dapat membedakan film kelas A dengan film-film mutu rendah.

Yang namanya kejar keuntungan sah-sah saja, selama kualitas juga dipertimbangkan. Film-film nggak berkualitas sebaiknya nggak perlu ditayangkan di bioskop. Kasihan mereka yang terjebak dengan artikel-artikel maupun promosi-promosi film, kemudian membeli tiket, hanya untuk merasa kecewa "yaaah, tau gini kan gue nonton film lain!"...

Jalan cerita sama sekali tidak berbobot, tidak mengerikan untuk sebuah film horror, terlalu membosankan untuk sebuah film komedi, terlalu mengesalkan untuk sebuah film drama, dan terlalu dibuat-buat untuk sebuah film yang diputar di bioskop. Oh tidaaaak.. saya kecewaaa... tidaaaak...
Penasaran?
Jangan tonton di bioskop, pinjam saja film punya teman anda, minimal anda dapat melewatkan adegan2 nggak penting yang tersebar di sepanjang film.

5 Comments:

At November 25, 2006 4:42 PM, Blogger mina said...

This comment has been removed by a blog administrator.

 
At November 25, 2006 4:49 PM, Blogger mina said...

salah sendiri nonton khikhikhi....

 
At November 25, 2006 6:14 PM, Blogger hengky said...

iya.. salah.. :(

 
At November 27, 2006 8:40 PM, Anonymous Anonymous said...

hahaha...segitu jeleknya ya film indo? film indo terakhir yg gw tonton di bioskop cuma ARISAN, ok lah itu hehehe..yg laen sih OGAHHHH

 
At November 27, 2006 11:38 PM, Blogger hengky said...

harusnya sih nggak sejelek itu.. misalnya arisan, tuh film masih jelas.. LUCU.. trus jalan ceritanya juga masih ok lah.. nonton film indo yang lain masih males aja.. hehe

 

Post a Comment

<< Home