January 19, 2007

Jangan Jajan di Pinggir Jalan

Siang ini, saat menuju ke tempat seorang teman, saya melewati sebuah daerah tempat saya sempat mencoba untuk kuliah. Kampus tersebut sangat luas dan memiliki begitu banyak pepohonan yang mengitarinya. Pikiran ini tiba-tiba saja melayang ke enam-tujuh tahun yang lalu, ketika saya kuliah disana.


Saat itu, siang hari, atau malam hari sepulang kuliah, saya seringkali makan di tenda-tenda penjaja makanan yang berjualan di sekitar kampus. Mengapa? Selain karena harganya yang sangat amat murah, dimana jika anda memiliki uang sebesar Rp.5.000,-, anda bisa makan kenyang dengan beragam pilihan, seperti:
- bubur kacang hijau+3 potong roti+segelas kopi hitam+sebatang garpit
- ayam goreng tepung dengan porsi nasi yang ajaib+segelas kopi hitam
- nasi putih+lauk pauk+teh botol
- nasi soto+es teh manis+3 potong gorengan
dan masih banyak lagi pilihan lainnya yang tersedia disana..

Menikmati makan siang yang nikmat semurah mungkin, kemudian tidur siang di sebuah taman yang terletak di seberang kampus. Sorenya, sepulang kuliah, kumpul di warung kopi untuk menikmati roti bakar atau pisang keju dengan segelas kopi panas. Ketika itu, kehidupan benar-benar terasa indah.

Kemudian, selang berapa tahun setelah masa-masa penuh kenikmatan tersebut, diadakan perubahan di lingkungan kampus. Warung-warung tenda digusur untuk menciptakan nuansa yang benar-benar kampus, bersih dan teratur. Beberapa warung tutup dan sebagian besar pindah ke tempat yang telah disediakan sebelumnya.

Tempat yang disediakan untuk menampung para pemilik warung tenda yang digusur tersebut letaknya lebih jauh dari sebelumnya, sehingga jika anda mengantuk disaat jam makan siang, anda tidak dapat memilih untuk makan siang kemudian tidur siang. Anda hanya dapat memilih salah satunya saja, apakah anda ingin makan siang? atau tidur siang?

Namun sekarang, tanggung jawab dan pekerjaan yang harus dilakukan tidak sebatas kuliah saja seperti dulu. Ada banyak pekerjaan yang selalu tersedia setiap harinya, dan pekerjaan-pekerjaan tersebut dengan cepat menumpuk tinggi dalam waktu yang singkat. Karena itu pula faktor kebersihan, yang dahulu sama sekali tidak pernah terlintas di benak saya pada saat melahap makanan yang saya beli disana, mulai saya pikirkan.

Beragam isu mengenai kebersihan makanan, pemakaian zat warna berbahaya, pemakaian minyak jenuh, pemakaian perasa yang berlebih, penggunaan daging tikus, penggunaan boraks dan zat pengawet lainnya, mulai muncul satu persatu, dan kian menyurutkan niatan saya untuk kembali mencicipi makanan di sekitarnya.

Karena, jika saya tidak pandai menjaga diri (dan juga perut), saya percaya bahwa suatu hari nanti, pekerjaan saya akan sangat terbengkalai apabila saya terkena penyakit dari makanan. Teringat pesan mama untuk tidak boleh jajan sembarangan.. :p

2 Comments:

At January 19, 2007 11:55 PM, Blogger -ian- said...

selamat menjalani kehidupan yang indah ini.
jadi kangen makanan warung juga
c u

 
At February 08, 2007 2:23 PM, Blogger hengky said...

hmmm.. ya.. makanan2 yang ngangenin :p

 

Post a Comment

<< Home